Trifosa's Blog: Masyarakat Samin
Corgi Dog Bark

Friday 16 May 2014

Masyarakat Samin

Masyarakat Samin



Bahasa 
Masyarakat Samin menggunakan bahasa jawa ngoko kasar dan sering disertai dengan samepa/perumpamaan. Bagi mereka, cara menghormati orang lain tidak bisa dari bahasa yang digunakan, tapi melalui sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

Daerah Penyebaran dan Para Pengikut Ajaran Samin 
Ajaran Samin tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan, atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.
Dua tempat penting dalam pergerakan Samin adalah Desa Klopodhuwur di Blora dan Desa Tapelan di Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, yang memiliki jumlah terbanyak pengikut Samin. Mengutip karya Harry J. Benda dan Lance Castles (1960), orang Samin di Tapelan memeluk saminisme sejak tahun 1890. Dalam Encyclopaedie van Nederlandsch Indië (1919) diterangkan, orang Samin seluruhnya berjumlah 2.300 orang dan yang terbanyak di Tapelan.

Kitab Suci
Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang Samin juga memiliki kitab suci, yaitu Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin. Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa. 

Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan 
Masyarakat Samin memiliki persamaan dengan orang jawa pada umumnya, namun mereka tidak terlalu mengenal hubungan darah atau generasi lebih keatas lagi setelah kakek dan nenek mereka. Hubungan terhadap sesama suku samin maupun selain suku samin terjalin dengan baik. Masyarakat suku samin memiliki tradisi untuk menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan, yaitu dengan cara saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga memiliki hajat, meskipun tempat tinggalnya jauh. 

Tradisi dan Kesenian
Masyarakat Samin memiliki upacara tradisi seperti :
1. Nyadran, yaitu membersihkan desa sekaligus menguras sumber air pada sumur tua yang banyak memberi manfaat pada masyarakat.
2.  Slamatan, berkaitan dengan daur hidup seperti kehamilan, kelahiran, khitan, perkawinan, dan kematian. Upacara ini dilakukan dengan cara yang sederhana.

Masyarakat Samin juga memiliki beberapa kesenian seperti :

1. Tari tayup, adalah tari pergaulan yang popular bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitar. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria yang diiringi gamelan dan tembang jawa yang dilantunkan oleh Waranggono yang syairnya berisi tentang ajaran dan petuah.
2.  Wayang tengul, adalah kesenian wayang khas Bojonegoro dalam bentuk 3 dimensi dengan diiringi gamelan pelog atau slendro.


Gambar :

  Saat Suku Samin Mengajar                                      






Adat Jawa Tengah


 Samin Surosentiko




  Adat Jawa Barat

 

 Rumah Ketua Suku Samin

 Masyarakat Samin





Sumber-Sumber :
1. http://bloracepu.blogspot.com/2007/12/sejarah-suku-samin.html
2. http://www.anneahira.com/suku-samin.htm
3. http://ragambudayanusantara.blogspot.com/2008/08/suku-samin.html
4. http://watisuin.blogspot.com/2012/09/sejarah-samin-bagian-3.html
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin#Pemukiman
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin#Kitab_Suci_Orang_Samin
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin#Daerah_penyebaran_dan_para_pengikut_ajaran_Samin
8. http://www.google.co.id/imgres?um=1&hl=id&client=firefox-a&sa=N&rls=org.mozilla:en

No comments:

Post a Comment